Analisis Terhadap Tanggung Jawab Pendidikan Fisik
I . PENDAHULUAN
Pendidikan anak adalah tanggung jawab orang dewasa terutama orang tuanya. Sedemikian banyak di negeri ini orang tua yang lupa akan kewajiban terhadap anaknya untuk mendidik. Anak mudah menjadi tumbuh dan besar sebagaimana harapan orang tuanya. Mendidik anak sangatlah berbeda dengan membesarkan dan menambahnya pengetahuan. Pendidikan tidak hanya mentarbiyah anak dengan memberikan segudang ilmu dan ketrampilan sebagai bekal hidunya di hari kemudian. Akan tetapi pendidikan merupakan proses ta’dibiyah dengan menanamkan nilai-nilai moral, akhlak etika serta jasmaninya.
Banyak orang tua yang
lupa terhadap kewajibannya ini dengan berbagai alasan kesibukan pekerjaannya.
Di samping itu juga lupa terhadap aturan-aturan tentang makan yang sehat, minum
yang sehat dan istirahat yang cukup. Lebih-lebih saat ini kita memasuki perdagangan
bebas dimana barang dagang luar negeri masuk ke negeri ini dengan leluasa,
walaupun juga sudah diawasi oleh BPOM. Namun demikian kita bisa melihatnya
dilingkungan sekolahan kita banyak sekali makanan dan minuman yang sebenarnya
tidak layak untuk dikonsumsi oleh anak-anak. Juga harus berkewajiban menjamin
berolah raga bagi anak-anaknya.
Pengobatan terhadap
penyakitpun dirasa sangat tidak mendapatkan perhatian dari orang tua dengan
berbagai alasan. Walaupun dalam hal kesehatan, pemerintah kita sudah memberikan
jaminan kesehatan bagi rakyatnya. Penyakit bisa timbul disebabkan karena
makanan dan minuman yang dikonsumsi. Pembelian bahan makanan masakan menjadi
sangat serius diperhatikan jangan sampai membeli bahan makanan yang akan kita
masak itu mengandung zat-zat yang berbahaya bagi tubuh kita.
Belum
lagi masalah kesempatan dan waktu untuk berolah raga. Di sekolah atau madrasah
meskipun sudah memberikan jam berolah raga secra terstruktur di dalam
kurikulum. Bahkan pada kurikulum 2013 ini jam untuk pelajaran olah raga di
tambah 1 jam pelajaran. Akan tetapi orang tua harus mau menjamin kegiatan
berolah raga terhadap anak-anaknya agar terlaksana dengan teratur. Sampai saat
ini negeri ini belum juga keluar dari permasalahan olah raga, yang bisa
mengolahragakan masyarakatnya dan memasyarakatkan olah raga.
Belum lagi semakin
banyaknya remaja dan anak-anak usia sekolah yan melakukan penyimpangan.
Penyimpangan yang ditimbulkan karena beberapa sebab baik dari dalam keluarga
maupun dari luar keluarganya. Gejala-gejala terbesar di tengah tengah remaja
ini antara lain, gejala merokok, gejala kebiasaan onani, gejala minum-minuman
keras dan narkotika, gejala berzina dan liwath (LGBT).
II. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian pendahuluan
tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut; Bagaimanakah tanggung jawab pendidik
terhadap pendidikan fisik anak dikaitkan dengan praktek dilapangan saat ini?
III. PEMBAHASAN
Beberapa
tanggng jawab yang dipikulkan Islam di atas pundak para pendidik, seperti ayah,
ibu dan pengajar adalah tanggung jawab pendidikan fisik. Yang demikian itu agar
anak-anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat dan selamat, sehat,
bergairah dan semangat. Kenyataan sekarang yang terjadi adalah anak-anak kurang
mendapatkan perhatian di sekolah atau madrasah terhadap fisiknya. Seolah-olah
urusan fisik anak menjadi tanggung jawab keluarganya semata tanpa campur tangan
dari seorang pendidik.
Nashih Ulwan memberikan
metode praktis di dalam mendidik fisik anak-anak agar pendidik mengetahui
besarnya tanggung jawab dan amanat yang diserahkan Allah SWT kepada pendidik
dan orang tua. Metode atau cara-cara itu antara lain;
1. Kewajiban memberi nafkah kepada
keluarga dan anak
Firman
Allah SWT:
n?tãur
Ïqä9öqpRùQ$#
¼ã&s!
£`ßgè%øÍ
£`åkèEuqó¡Ï.ur
Å$rã÷èpRùQ$$Î/
Artinya:
“...dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara
ma'ruf...”(QS.Al-Baqarah:233)
Di antara nafkah yang harus
disediakan ayah kepada keluarganya antara lain; hendaknya ayah menyediakan makanan, tempat
tinggal, dan pakaian yag baik kepada keluarganya, sehingga fisik mereka
terhindar dari berbagai penyakit.
Kenyataan
sekarang adalah ayah di dalam mencukupi kebutuhan keluarga ternyata dirasa
kurang mencukupi dikarenakan berbagai kebutuhan pokok yang melambung harganya,
sehingga tidak lagi terjangkau harganya. Maka seorang ibu pada saat ini
membantu kewajiban seorang ayah untuk mencari nafkah. Pada kondisi seperti ini
maka terkadang terjadilah benturan antara kewajiban dah hak di dalam keluarga,
antara ayah, ibu dan anak-anaknya.
Idealnya
menurut pendapat penulis adalah seorang ibu yang membantu ayah dalam mencukupi
kebutuhan keluarganya jangan sampai membuatnya lupa terhadap fitrahnya sebagai
seorang ibu untuk mendidik anak-anak dan menjaga harta suaminya di rumah.
2. Mengikuti
aturan-aturan yang sehat dalam makan, minum dan tidur
Petunjuk Rasulullah dalam
masalah makanan adalah menghindarkan makanan yang mengandung racun dan melarang
berlebih-lebihan dalam makan dan minum.
Artinya : Tidak ada suatu tempat yang dipenuhi oleh anak adam yang
lebih buruk daripada perutnya.Cukuplah bagi anak adam beberapa suap saja, asal
dapat menegakkan tulang rusuknya. Tetapi, apabila ia terpaksa melakukannya,
maka hendaklah sepertiga (dari perutnya itu) diisi dengan makanan, sepertiganya
dengan minuman dan sepertiganya lagi dengan nafasnya.”
Kenyataan
yang terjadi saat ini adalah anak-anak kita kita biarkan dengan berbagai
makanan dan minuman yang berlebihan. Sehingga menimbulkan berbagai penyakit di
kemudian harinya. Idealnya adalah kita biasakan dan juga tanpa keurangan secara
teratur anak-anak kita sediakan dengan makanan dan minuman yang baik.
3. Mencegah
diri dari penyakit menular
Kewajiban seorang ibu terutama
apabila salah seorang dari nak-anaknya terkena penyakit menular adalah dengan
mengasingkan anak-anak mereka yang lain sehingga penyakit itu tidak menular
kepada lainnya. Dalam AS-Shahihain, dari Abu Hurairah ra, meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda:”Janganlah sekali-kali orang sakit mendatangi orang
yang sehat.”
Kenyataanya adalah entah karena
suatu keperluan banyak orang yang sedang sakit memaksakan diri untuk bergaul
dengan yang lainnya tanpa mempedulikan kesehatan dirinya dan orang lain.
Idealnya bagi
penulis adalah mematuhi dan memahami hadits Nabi tersebut di atas. Bahwa tidak
ada lagi alasan bagi yang terkena penyakit untuk istirahat sampai sembuh
sakitnya.
4. Pengobatan
terhadap penyakit
Pengobatan ini berpengaruh
terhadap kesembuhan orang yang terkena penyakit. Rasulullah SAW memerintahkan
kita untuk berobat, sebagaimana disebutkan dalam haditsnya yang diriwayatkan
dari Jabir bin Abdillah;
Artinya:”...Setiap
penyakit itu ada obatnya.Apabila obat itu mengenai penyakit, maka akan
sembuhlah dengan izin Allah Azza wa Jalla..”
Idealnya
hendaknya para orang tua dan pendidik menerapkan petunjuk-petunjuk Nabi SAW di
dalam memperhatikan dan mengobati anak-anak ketika mereka sakit.
5. Menerapkan
dasar:”tidak boleh memberikan madharat dan tidak boleh dimadharatkan.
Berdasarkan kaidah ini maka
seorang pendidik dan orang tua untuk membimbing anak-anak supaya terikat dengan
ajaran-ajaran kesehatan dan sarana-sarana mencegah penyakit, dalam rangka
memelhara kesehatan anak dan menumbuhkan kekuatan jasmaninya.
Kenyataannya , banyak pendidik
maupun orang tua kesulitan dalam melakukan pencegahan timbulnya penyakit dan
memelihara kesehatannya. Anak-Anak dibiarkan makan dan minum sesuatu yang
banyak madharatnya. Maka tepatlah pepatah yang mengatakan mencegah itu lebih
sulit dibanding mengobati.
Idealnya
wajib bagi orang tua maupun pendidik untuk selalu mengontrol bahan makanan yang
akan dimasak maupun yang akan diminum oleh anak maupun anak didik.
6. Membiasakan
anak untuk berolah raga
Allah SWT berfirman dalam
kitabNya:
(#rÏãr&ur
Nßgs9
$¨B
OçF÷èsÜtGó$#
`ÏiB
;o§qè%
Artinya:”Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi...”
(QS.8:60)
Untuk
melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya itu, maka Islam menyerukan untuk
mempelajari renang, memanah, dan menunggang kuda.
Kenyataan yang terjadi saat ini
adalah kurang minatnya anak-anak kita terhadap olah raga sebagaimana tersebut
di atas. Anak-anak kita lebih suka berolah raga selain dari itu, misalnya;
sepak bola, futsal, badminton, tenis meja, dll.
Idealnya pemangku kebijakan
olah raga dalam hal ini kementerian olah raga mengembangkan olah raga
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah tersebut di atas. Tanpa adanya
pemberian kesempatan dari pemerintah maka olah araga dimaksud tidaklah
berkembang.
7.
Membiasakan anak untuk zuhud dan tidak tenggelam dalam kenikmatan
Cukup kiranya Rasulullah SAW
menjadi tauladan di dalam kehidupannya yang sederhana dan zuhudnya dalam
makanan, pakaian dan tempat tinggal, yang harus diteladani oleh
generasi-generasi Muslim juga diikuti petunjuk dan sunnahnya, agar mereka
selalu siap menghadapi gejala bentuk peristiwa yang merintanginya.
Kenyataannya, bahwa umat Islam
saat ini tenggelam dalam kesenangan, kehidupan mewah, tidur di atas sutera,
beludru dan tergiur oleh kemilau budaya materialistis.
Idealnya umat Islam kembali
berteladan kepada Rasulullah sebagai uswatun hasanah.
8. Membiasakan anak untuk
sungguh-sungguh, jantan, dan menjauhkan diri dari pengangguran dan penyimpangan
Rasulullah SAW
bersabda yang diriwayatkan Muslim;
Artinya:”...Tamaklah
terhadap apa yang memberikan manfaat kepadamu dan mintalah tolong kepada Allah
dan janganlah engkau bersikap lemah...”
Gejala yang muncul ditengah
masyarakat kita saat ini adalah baik anak-anak, kaum dewasa, para remaja maupun
pemuda, sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam hal; merokok, kebiasaan
onani, minum-minuman keras, berzina (LGBT), dll.
Maka menurut hemat penulis,
sebaiknya ada tindakan tegas dari aparat terkait dalam menegakkan disiplin
dalam hal tersebut. Bahkan bagi pelakunya
mendapatkan hukuman yang berat. Hal ini akan menjadikan pelakunya jera,
sedangkan bagi lainnya akan berpikir panjang sebelum melakukan penyimpangan-penyimpangan
tersebut.
III. KESIMPULAN
Generasi muda adalah
amanat bagi pendahulunya, maka perlu diterapkan ajaran-ajaran yang lurus dalam
kehidupannya, baik dalam hal
mempersiapkan dan membentuk dirinya secara fisik, hegienis, dan psikis. Dengan
demikian mereka akan memikul beban dan tanggung jawab di dalam membawa risalah
islamiyah di dunia ini, seperti yang telah dilakukan oleh generasi sahabat,
tabi’in dan generasi setelah itu.
IV. PENUTUP
Semoga
generasi kita dapat membawa dan mengarahkan umat dari kegelapan kemurtadan,
penyimpangan dan kejahiliyahan kepada cahaya keimanan, kemuliaan akhlak dan
hidayah Islam. Semuanya itu tidaklah sulit bagi Allah untuk mewujudkannya.
Komentar