KHUTBAH: Menjaga Keluarga dari Api Neraka
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Jamaah sidang
jum’at yang dirahmati Allah,
Pada hakikatnya,
semua orang adalah pemimpin yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Rasulullah bersabda:
كلكم رَاعٍ ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ : وَالأمِيرُ رَاعٍ ، والرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أهْلِ بَيتِهِ ، وَالمَرْأةُ رَاعِيةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجها وَوَلَدهِ ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ. (مُتَّفَقٌ عَلَيهِ)
Artinya: Setiap
kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang yang ia
pimpin. Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah pemimpin bagi
keluarganya, seorang istri adalah pemimpin atas anak dan rumah tangga suaminya.
Maka tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung jawaban
atas siapa yang dia pimpin. (Muttafaqun ‘Alaih)
Kewajiban utama
setiap pemimpin adalah mengarahkan orang yang dipimpin. Sebagai seorang kepala
keluarga, seorang bapak bertanggung jawab dalam menjaga keluarganya dari api
neraka. Hal ini sesuai firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا (التحريم: ٦)
Artinya: Wahai
orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api
neraka. (at-Tahrim: 6)
Jamaah sidang
jum’at yang dirahmati Allah,
Ketika ayat tersebut
turun, Umar bin al-Khattab bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Wahai
Rasulullah, kami telah menjaga diri kami dari api neraka, lalu bagaimana kami
menjaga keluarga kami?” lalu Nabi pun menjawab “Perintahkanlah keluargamu akan
apa yang Allah perintahkan kepadamu, dan laranglah keluargamu dari apa yang
Allah larang kepadamu”.
Muhammad Rasyid
Ridha (dalam tafsir al manaar) memahami ayat ini dengan pernyataan :
Ajarilah diri, dan keluarga kalian dengan kebaikan, dan adab. Sedangkan
Abdurrahman as-Sa’di dalam Taisiru Kariimi ar-Rahman menyatakan:
Perintah menjaga diri dan keluarga yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
perintah untuk menjaga diri sendiri dengan mengamalkan perintah-perintah Allah,
menegakkan perintah-perintahnya dengan rasa taat dan menjauhi larangannya,
serta bertaubat jika melakukan perbuatan yang mengundang murka dan adzab Allah,
dan menjaga diri sendiri serta keluarga dengan cara mengajarkan adab, ilmu.
Maka, seorang hamba belum sepenuhnya mempasrahkan dirinya kepada Allah sebelum
ia menegakkan perintah-perintah Allah terhadap dirinya sendiri, dan kepada
orang-orang yang termasuk dalam tanggungannya, yaitu istrinya, anak-anaknya,
dan siapapun yang berada di rumahnya.
Pada masa
sekarang, kebanyakan para pemimpin keluarga -dalam hal ini ayah- hanya
tahu bahwa kewajibannya adalah sekedar memberikan nafkah kepada keluarganya.
Padahal, nafkah yang diberikan hanya sanggup untuk menjaga anggota keluarganya
dari kelaparan di dunia. Sedangkan bekal nafkah ukhrawiy, yang
berupa ajakan-ajakan untuk sama-sama beribadah, dan juga pemberian pendidikan
yang layak dan mencakup aspek pendidikan keduniaan maupun aspek akhirat yang
merupakan jalan yang akan menyelematkan dari api neraka justeru banyak
dilupakan.
Ringkasnya, bekal
dalam ilmu agama masih menjadi hal yang jarang diperhatikan oleh para kepala
keluarga kepada keluarganya. Jika hanya aspek dunia yang diberikan kepada
keluarganya, bagaimana keluarganya akan selamat dari api neraka?
Jamaah sidang
jum’at yang dirahmati Allah,
Hal lain yang
kdang dilupakan oleh para orang tua dalam pendidikan seorang anak adalah
kecenderungan anak yang mengikuti figur orang tua atau panutan dalam
aktifitasnya sehari-hari. Seorang ayah, akan menjadi tauladan bagi
anak-anaknya. Maka jika anak-anaknya melihat ayah yang memiliki perilaku yang
baik, maka naluri seorang anak akan mengikuti perbuatan orang tuanya. Jika
melihat ayahnya selalu berbicara dengan sopan terhadap anaknya, maka anak akan
berkata dengan sopan kepada ayahnya, kepada ibunya, dan kepada orang-orang yang
ia temui.
Dengan demikian,
mendidik seorang anak maupun keluarga adalah dengan cara memberikan pendidikan
yang mengajarkan bekal akhirat, dan memberikan tauladan yang bagus kepada anak.
Kalau kita suka berkata kasar dan malas menjalankan shalat maka kita
pernah berhak untuk beharap anak kita akan bertutur lembut dan taat beribadah
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ العَظِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنّيْ وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَ الْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنِ وَ لَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ, أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَعْوَاتِ. اللّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِهِمْ الْإِيْمَانَ وَالحِكْمَةَ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يَشْكُرُوْا نِعْمَتَكَ الَتِي أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ.
رَبِّ اجْعَلْنَا مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَائنَا, رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِنَا وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, َقِنَا عَذَابَ النَّارِ, َقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ, وَ الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
Oleh :Muhammad Amirudin
Komentar